Mesuji, Lampung – Di Desa Mulya Agung, Kecamatan Simpang Pematang, Kabupaten Mesuji, Lampung, terdapat sebuah rumah yang menjadi sentra produksi tahu.Jumat (7/2/2024)
Adalah Suparni, seorang yang menjalankan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tahu sejak tahun 2000.
Suparni memulai usaha tahu berawal dari pengalamannya membuat tahu di Pekan Baru, Riau, selama sekitar 20 tahun.
Setelah kembali ke Mesuji, ia memutuskan untuk membuka usaha tahu sendiri.
“Dulu di Riau saya bekerja di tempat paman saya,” kata Suparni.
Saat ini, Suparni memproduksi sekitar 10 kilogram tahu setiap hari atau 5 papan tahu, di mana setiap papan berisi 2 kilogram tahu.
Ia menjual tahu buatannya secara eceran maupun per papan. Untuk penjualan eceran, ia menjualnya dengan harga Rp400 per biji untuk perorangan dan Rp350 per biji untuk pedagang.
Sedangkan untuk penjualan per papan, ia menjualnya dengan harga Rp80.000 untuk perorangan dan Rp70.000 untuk pedagang.
Suparni mengungkapkan bahwa biaya produksi tahu per papan adalah sekitar Rp20.000, sudah termasuk biaya kedelai, minyak, bensin, minyak makan, garam, dan kayu bakar.
Ia membeli kedelai dengan harga Rp10.000 per kilogram dan kayu bakar seharga Rp20.000 untuk sekali produksi.
“Penjualan tahu saya selama ini hanya di daerah Mulya Agung dan Agung Batin. Setiap kali produksi lima papan, selalu habis terjual dalam satu hari,” ujarnya.
Proses produksi tahu Suparni masih bersifat manual dan membutuhkan waktu sekitar 5 jam untuk 5 papan tahu.
Ia mengakui bahwa ada alat mesin pembuat tahu yang lebih modern dengan harga sekitar Rp30.000.000 yang dapat memisahkan aci dan ampas tahu secara otomatis,
Namun, ia belum mampu membeli mesin tersebut karena harganya yang mahal.
“Ada juga mesin otomatis untuk rebusan air tahu sudah pakai uap, tapi harganya juga mahal,” katanya.
Suparni berharap ke depannya dapat mengembangkan usahanya dengan bantuan pembinaan mengenai cara pemasaran yang baik dan tepat untuk perkembangan saat ini, termasuk kemasan dan hal lainnya.
Ia juga berharap harga bahan pokok dapat stabil sehingga ia dan pedagang kecil lainnya dapat menikmati hasil yang sesuai.
“Harapan saya, bahan pokok bisa stabil, sehingga kami pedagang kecil ini bisa menikmati hasil yang sesuai,” harapnya.
Selain itu, Suparni juga ingin memiliki tempat usaha yang terpisah dari rumahnya. Saat ini, ia masih menjalankan usaha dan tinggal di satu tempat yang sama, sehingga ia merasa terganggu antara usaha dan tempat tinggalnya.
“Harapan saya, ke depannya saya bisa ada tempat usaha di rumah saya ini bisa terpisah,, Dangan rumah saya sehingga bisa lebih nyaman” pungkasnya.
Kisah Suparni adalah contoh inspiratif bagi masyarakat Mesuji untuk berani memulai usaha mandiri dan memanfaatkan potensi yang ada di daerah tersebut. (Hernan Tori)