Mesuji, Lampung – Kabar miris datang dari para petani singkong di Kabupaten Mesuji, Lampung. Melalui wawancara eksklusif dengan Harian Karya pada Kamis (8/5/2025), seorang petani senior bernama Syarif (65 tahun), warga Desa Berasan Makmur, Kecamatan Tanjung Raya, mengungkapkan kekecewaan mendalam atas anjloknya harga singkong di tingkat lapak yang jauh di bawah biaya produksi.
Syarif memaparkan dengan nada prihatin, “Harga singkong di lapak saat ini hanya berkisar Rp900 ribu per ton. Ironisnya, kami masih harus menanggung potongan harga yang sangat besar, mencapai 25 persen per ton. Artinya, petani hanya menerima sekitar Rp450 ribu per ton.”
Kondisi ini sangat kontras dengan harga singkong di pabrik yang mencapai Rp1,35 juta per ton, dengan catatan tanpa potongan jika kualitas acinya memenuhi standar 25 persen. Perbedaan harga yang signifikan ini menimbulkan pertanyaan besar di benak para petani.
Lebih lanjut, Syarif menjelaskan betapa beratnya beban biaya produksi yang harus ditanggung petani. “Untuk menanam singkong per hektar, kami mengeluarkan biaya sekitar Rp15 juta, meliputi biaya tanam, perawatan, dan pupuk.
Dengan harga jual di lapak yang hanya Rp450 ribu per ton, sungguh tidak sebanding dengan modal yang telah kami keluarkan.”
Para petani merasa bahwa pihak yang seharusnya menjadi sorotan dan sasaran protes adalah para pemilik lapak singkong. Mereka dianggap sebagai pihak yang secara sepihak menentukan harga beli singkong dari petani, jauh dari harapan dan kelayakan.
“Seharusnya, harga singkong di lapak itu sesuai dengan standar harga yang ditetapkan pemerintah. Keuntungan yang diperoleh para pemilik lapak saat ini sudah sangat besar,” tegas Syarif.
Kekecewaan semakin memuncak ketika Syarif mencontohkan kondisi terkini di Lapak Singkong BM Mesuji. “Di sana, harga singkong memang sedikit lebih tinggi, mencapai Rp1,1 juta per ton.
Namun, potongan harganya justru melonjak drastis menjadi 33 persen per ton! Ini jelas tidak masuk akal dan semakin memberatkan kami.”
Kesimpulan pahit yang disampaikan para petani Mesuji adalah bahwa para pemilik lapak singkong terkesan tidak mengindahkan prosedur dan aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Lampung terkait tata niaga singkong.
“Kami, para petani singkong Mesuji, sangat kecewa. Harga yang kami terima tidak sesuai dengan modal yang telah kami keluarkan dan jerih payah kami selama ini,” pungkas Syarif, menyuarakan keluh kesah seluruh petani singkong di wilayah tersebut.
Kondisi ini tentu menjadi perhatian serius dan memerlukan tindakan nyata dari pemerintah daerah serta pihak terkait untuk menengahi dan mencari solusi yang adil bagi para petani singkong di Lampung,
khususnya di Kabupaten Mesuji.
Nasib ribuan petani dan keberlangsungan sektor pertanian singkong di daerah ini kini dipertaruhkan.(hariankarya.com/Hernan Tori)