Mesuji- Dari Pekerja sebagai seorang buruh Menjadi Pengusaha Sukses, Simpang Pematang,Mesuji. Berawal dari keinginan untuk memiliki usaha mandiri, seorang warga Simpang Pematang, Mesuji ini, telah sukses mengubah hidupnya melalui budidaya jamur.
Sejak tahun 2019, ia telah menekuni usaha ini dan berhasil meraih kesuksesan yang menginspirasi.
Selain menjadi pengusaha jamur, ia juga aktif mengajar santri di desanya. Ia belajar budidaya jamur secara otodidak dari
teman-temannya, termasuk dari kepala desa dan beberapa orang yang pernah dikirim oleh kepala desa untuk mengikuti pelatihan.saya beli Bibit jamur saya dapatkan dari Yogyakarta.
Saat ini, ia mampu memproduksi sekitar 30 kilogram jamur tiram setiap harinya. Produksi jamur merang dalam satu kumbung (rumah jamur) bahkan bisa mencapai dua kuintal.
Meski betul ia mengakui bahwa produksi jamur bisa naik turun tergantung kondisi.
“Kendala saya selama ini hanya cuaca. Kalau soal bahan baku dan media, tidak ada masalah karena kami dekat dengan pabrik,” ujarnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa kualitas jamur yang dibutuhkan di Jakarta harus putih, keras, dan tidak lembek. Jamur dengan kualitas buruk biasanya berwarna hitam, lonjong, mekar, dan lembek.
Selama ini, ia memasarkan jamurnya di Palembang dan di sekitar desanya. Untuk pemasaran di Palembang, ia menjual langsung ke pengepul.
Sementara itu, untuk penjualan di desa, ia menjualnya ke pasar.
Ia berharap ke depannya dapat mengembangkan usahanya hingga bisa memproduksi jamur krispi dengan kemasan modern.
Saat ini, ia masih terkendala peralatan yang masih manual, seperti alat pengaduk jamur tiram, alat pres, dan alat untuk pengukusan serta pengopenan untuk mensteril baglog.
“Saya masih sangat manual dalam produksi jamur ini. Kalau produksi manual, dalam satu hari saya hanya bisa menghasilkan sekitar 200 hingga 300 baglog dengan bantuan dua orang,” katanya.
Saat ini, ia memiliki satu kumbung untuk jamur tiram dan lima kumbung untuk jamur merang. Ia belajar secara otodidak dan belum pernah mengikuti pelatihan khusus tentang budidaya jamur.
Di Simpang Pematang, baru ada tiga orang yang menekuni usaha budidaya jamur. Saya sendiri belum berani menjual baglog karena masih dalam tahap belajar dan peralatan yang ia gunakan masih manual.
Untuk modal awal pembuatan baglog, ia telah menghabiskan sekitar Rp7.500.000. Harga jamur tiram dan merang di tempatnya berkisar antara Rp12.000 hingga Rp13.000 per kilogram. Jika dijual ke Palembang, harganya akan dipotong biaya pengiriman.
Kisah pengusaha jamur ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Simpang Pematang untuk berani memulai usaha mandiri dan memanfaatkan potensi alam yang ada di daerah tersebut. (Hernan Tori)