Hariankarya.com – Bogor- Diiringi udara pagi yang sejuk, angin sepoy-sepoy, di bawah pohon asri nan rindang, terhidang di atas nampan kayu segitiga sejumput kopi robusta dan secuil gula aren dalam gelas kecil nan cantik, tidak lupa turut hadir juga perlengkapan ritualnya..tersaji mulus dengan teknik getok cangkir atas bawah, semua terisi penuh filosofi ala semesta. Itulah barangkali citarasa yang kita temui di “Patani Coffee”. Sebuah cafe cantik yang berdiri pada tahun 2017 silam oleh Ibu Bety Nurbaety dan suami, berkonsep asri minimalis di daerah Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat. Cafe bernuansa bambu tradisional khas Sunda dengan teknik klasikal nan unik dalam proses dan penyajian kopinya, menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta kopi dari daerah Bogor dan sekitarnya. Peralatan tradisional yang sebagian besar berasal dari alam seperti gerabah dari tanah liat, alat penumbuk kopi, penyaring kopi dari bambu, ceret kopi yang unik, sedotan dari bahan alam, menjadi bagian kecil yang tak terpisahkan dari Patani Coffee.
Berbekal dari rasa prihatin dan ingin memberikan kebanggaan kepada tanah perantauan, tempat hidup bertahun-tahun hingga beranak pinak serta rasa ingin melestarikan dan memaksimalkan hasil alam Leuwiliang, pendiri Patani Coffee yang merupakan pasangan asal Jogya dan Pekalongan ini melihat peluang dan kemudian memberanikan diri untuk meng-explore potensi hasil kebun warga yang ada, salah satu nya adalah Kopi asli Leuwiliang. Kabupaten Bogor yang geografi alamnya termasuk berada di dataran tinggi nan sejuk menjadikan kopi dan teh menjadi tanaman andalan warga selain hasil kebun yang lain seperti lada, pala, durian, manggis, dll yang biasa tumbuh subur di daerah ini dan hal itu sudah dimulai sejak jaman Belanda dan Jepang berupa jejak peninggalan gedung dan lokasi perkebunan yang masih dikelola dan dimanfaatkan warga sekitarnya sampai sekarang. Jenis kopi yang banyak dihasilkan di Kabupaten Bogor adalah jenis robusta tetapi jenis arabica dan liberica juga bisa tumbuh walaupun dengan hasil yang kurang maksimal.
Konsep awal Patani Coffee memang berbeda dengan kedai kopi lain yang “kekinian” dan hanya jadi sekedar penikmat kopi, Patani Coffee tidak hanya sekedar kedai kopi dengan konsep “kopi tubruk dan saring” ala tradisional tapi juga konsep produksi nya yang “all in one” atau yang dikenal dengan istilah ekonomi sirkularnya, menjadikan Patani Coffee kedai kopi di Kabupaten Bogor yang lengkap menyediakan dari hulu sampai hilir produksi kopi nya sendiri. Mulai dari penyediaan bibit kopi, penanaman kopi di lahan, penjemuran, penumbukan, penyajian kopi hingga bisa di nikmati dengan teknik tubruk dan saringnya. Semua itu hanya bisa ditemukan di Patani Coffee.
Selain menjual kopi, kedai kopi yang satu ini juga menyediakan bibit kopi bagi yang ingin menanam kopi dan juga memberikan tips and trik serta pelatihan dalam menanam kopi kepada pembeli bibit dan kepada para petani kopi agar kopi bisa tumbuh dengan baik dan menghasilkan melalui konsep budidaya kopi yang sudah diterapkan lebih dulu oleh Owner Patani Coffee. Kini Patani sudah memiliki beberapa rekanan petani di beberapa daerah binaan di wilayah Kabupaten Bogor. Hasil produksi kopi dari Patani Coffee yang sudah dikenal antara lain robusta leuwiliang,
leuwiliang arabica, java liberica, wine arabica, original cascara, original black tea dan original kawa daun tea.
Festival Kopi Bogor di Pakansari Sari 2017 awal mula titik balik Patani Coffee mulai memperkenalkan kopi Leuwiliang kepada khalayak pecinta kopi. Dilanjutkan ikut serta dalam PRJ tahun 2018 membuat kopi Leuwiliang melalui Patani Coffee semakin banyak dikenal melalui branding oleh banyak media nasional.
Bagi penikmat kopi di wilayah Bogor dan sekitarnya selain bisa datang langsung ke Patani Coffee yang berlokasi di Leuwiliang juga bisa menikmati kopi via pengiriman online pada halaman Instagram dan medsos Patani Coffee. (Muchlas)